Translate

Selasa, 12 Januari 2016

memulai sebuah perubahan

Memulai Sebuah Perubahan

Dalam suatu negara, kemajuan sumber daya alam maupun manusia sangat ditentukan oleh tingkat peradaban pada negara tersebut. Sebab negara yang maju adalah negara yang sudah mencapai tingkat peradaban yang besar sedangkan negara yang berkembang adalah negara yang masih dalam proses menuju peradaban tersebut. Namun peradaban tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya perubahan.
Banyak orang yang menginginkan perubahan, tapi yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud, seperti perubahan pada negeri kita tercinta ini. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan,ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak sanggup. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak mampu. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadai untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah.
Harapan di tahun 2016 ini adalah perubahan moral bangsa, toleransi antar etnis beragama, dan pemimpin yang mampu mensejahterakan rakyatnya. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu pembaharu turki, Rifa’ah al-Tahtawi bahwa negara yang besar adalah negara yang mampu mensejahterakan rakyatnya melalui perubahan pendidikan dan ekonomi negara. Negara akan mampu pada tingkat kemakmurannya apabila antara pemerintah dan rakyatnya saling bersinergi. Oleh karena itu marilah memulai suatu perubahan untuk negeri ini dan berani bangkit dari keterpurukan.
            Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri.  Apabila kita ingin mengubah Indonesia, caranya mulailah mengubah saja diri sendiri secara sadar. Betapa kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan
menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjadi suri tauladan bagi rakyatnya. Ia tidak terlalu banyak mengumbar janji tapi memberi bukti dan berani merubah diri. Sebab pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya.Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang,tetapi berani melihat kekurangan diri sendiri adalah ciri orang yang mampu merubah peradaban.

Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan  dirasakan. Tapi percayalah, itu  akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang  simpati dan terdorong untuk  melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.




sejarah filsafat barat

Sejarah Filsafat Barat
Secara etimologi filsafat berasal dari kata philein yang artinya cinta dan Sophia yang artinya kebijaksanaan. Secara terminologi filsafat adalah pemikiran yang radikal dan sangat mendalam. Penyebutan istilah filsafat Yunani tidak hanya disebabkan wilayah geografisnya yang terletak di Yunani saja melainkan substansinya juga asli dari Yunani pula. Kita dapat mengetahui sejarah filsafat Yunani melalui tiga hal, antara lain:
1.      Mitologi
Mitos adalah kisah-kisah tentang alam. Yunani memiliki mitos-mitos yang hebat sehingga itu digunakan sebagai upaya sistematisir mitos-mitos oleh masyarakat Yunani. Hal inilah yang menyebabkan mereka berpikir kritis. Dalam mitos terdapat dua hal, yakni kosmogoni (asal-usul alam) dan kosmologis (sifat-sifat kejadian dalam alam). Pembedaan ini dilakukan untuk memahami kesinambungan antar mite itu sendiri sebab yang tidak cocok dengan kultur dan kepercayaan mereka akan disingkirkan. Pada saat itu Cicedos memunculkan istilah mitogiogonia yaitu hubungan-hubungan antar mite. Muncul pula aliran Orfisme, yakni aliran yang memiliki keseimbangan Antara agama dan pikiran. Inti dari ajaran orfisme ini sendiri adalah berpikir itu jauh lebih utama dari pada bekerja. Tokohnya adalah Prikides dan Cicedos. Orfisme ini juga merambah pemikiran Phytagoras. Oleh karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila masyarakat Yunani memiliki budaya berpikir kritis.
2.      Sastra Yunani
Sastra Yunani tidak hanya sebagai nilai seni melainkan nilai edukasi bagi masyarakatnya. Banyak para penyair menyisipkan ide atau nilai kehidupan di dalam karya sastranya, salah satunya adalah Homerus melalui karyanya Illias dan Odysseus.
3.      Ilmu Pengetahuan
Masyarakat Yunani kaya akan ilmu pengetahuan sebab hal itu tidak hanya diperuntukkan kaum elit atau bangsawan saja tetapi untuk masyarakat umum. Tidak ada batasan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Mereka banyak belajar dari Babylonia dan Mesir seperti geometri, astronomi, dan ilmu tulis. Meskipun Mesir dan Babylonia adalah sumber pengetahuan bagi Yunani peradaban mereka tidaklah secepat dan sebesar masyarakat Yunani. Sebab ilmu pengetahuan hanya diperoleh oleh kaum bangsawan saja, rakyat jelata tetaplah bodoh dan jauh dari pengetahuan. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak mempunyai peradaban sebesar Yunani. Pengetahuan adalah pangkal dari peradaban.


Sejarah filsafat barat mempunyai empat periode, yakni filsafat kuna, filsafat abad pertengahan, filsafat modern dan filsafat abad ke-19 dan 20. Dalam filsafat kuna sendiri terbagi menjadi empat bagian, yaitu pra-Sokrates, Sokrates, Plato, dan Aristoteles, Helenis-Romawi, dan Patristik.