Translate

Selasa, 22 September 2015

Dilalah

/Dilalah
A.    Pengertian Dilalah
الدِّ لَالَةُ هِيَ فَهْمُ أَمْرٍ مِنْ أَمْرٍ وَيُسَمَّى الأَمْرُ الأَوَّلُ الْمَدْلُوْلُ وَ الأَمْرُ الثَّانِى الدَّالُ
Dilalah adalah proses pemahaman sesuatu dari sesuatu yang lain ; sesuatu yang pertama disebut madlul (yang ditunjuki), sedangkan sesuatu yang kedua disebut daal (yang menunjuki).
Jadi, sesuatu itu dapat dimengerti dan dipahami karena ada sesuatu yang lain yang menunjukinya. Dilalah dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab, yakni daala-yadulu-dilalah artinya petunjuk atau yang menunjukkan.
Abi Hilal al-Askari mendefinisikan dilalah sebagai berikut :
اَلدَّلاَلَةُ مَا يُؤَدِّى النَّظَرُ فِيْهِ اِلَى الْعِلْمِ
Dilalah adalah satuan fenomena yang teramati dalam membentuk pengetahuan ilmiah.
Dalam logika (ilmu mantiq) berarti, satu pemahaman yang dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain. Contohnya, ada asap di atas gedung berarti ada api yang menyala dalam gedung tersebut. Dalam hal ini, api disebut madlul (yang ditunjuk/yang diterangkan) dan asap disebut sebagai dal/dalil ( yang menunjukkan/ petunjuk).

B.     Pembagian Dilalah
Dilalah dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Dilalah lafdziyyah, yaitu
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا لَفْظًا اَوْ صَوْتًا
 apabila yang menunjuki itu merupakan lafadz atau suara. Ada tiga macam dilalah lafdziyyah, yaitu :
a)      Dilalah lafdziyyah Thabi’iyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا عَرَضًا طَبِيْعِيًّا
apabila dilalah berbentuk lafadz  yang terbentuk secara alamiah. Seperti orang yang mengerang kesakitan sebab terjatuh dari pohon dan berteriak “aduh” ketika jatuh. Secara alamiah, orang tidak mungkin mengerang kesakitan bila tidak benar-benar sakit.
b)      Dilalah lafdziyyah ‘Aqliyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا عَقْلاً
apabila dilalah terbentuk dari akal, seperti adanya gema dalam gua, menunjukkan adanya orang yang menyuarakan gema tersebut.
c)      Dilalah lafdziyyah Wadh’iyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا وَضْعًا وَاصْطِلاَحًا
apabila dilalah yang lafadznya dibentuk oleh manusia itu sendiri bisa berupa suatu ungkapan atau istilah, seperti tangan kanan = orang kepercayaan, begal = pencuri/ perampok.

2.      Dilalah Ghairu Lafdziyyah,yaitu
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا غَيْرُ لَفْظٍ اَوْصَوْتٍ
 apabila dilalah bukan merupakan lafadz atau suara, dan ini ada tiga macam pula, yaitu :
1)      Dilalah Ghairu Lafdziyyah Thabi’iyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا عَرَضًا طَبِيْعِيًّا
apabila dilalah merupakan bukan gejala alam/ pembawaan secara alamiah, seperti muka merah menunjukkan malu atau marah.
2)      Dilalah Ghairu Lafdziyyah ‘Aqliyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ عَقْلاً
apabila dilalah tidak terbentuk dari akal pikiran kita, seperti perubahan susunan  pada rak buku menunjukkan adanya orang yang mengubah atau memindahkan buku dalam rak tersebut.
3)      Dilalah Ghairu Lafdziyyah Wadh’iyyah,
مَاكَانَ الدَّالُ فِيْهَا شَيْئًا اِصْطِلَاحِيًا وُضِعَ لِيَدُلَّ عَلَى الْمَعْنَى الْمَفْهُوْمِ مِنْهُ
 apabila dilalah merupakan istilah yang dibuat untuk menunjukkan arti yang dapat dipahami bukan terbentuk oleh manusia, seperti  bendera setengah tiang menunjukkan ada pembesar negara yang meninggal dunia atau berkabung. Maksudnya, hal tersebut bukan ditentukan oleh manusia, melainkan ciptaan sekelompok manusia saja. Sebab setiap wilayah memiliki adat dan peraturan yang berbeda.

C.     Pembagian Dilalah Lafdziyyah Wadh’iyyah
Adapun yang menjadi tujuan atau objek ilmu mantiq dari dilalah-dilalah tersebut hanyalah macam yang ketiga dari dilalah lafdziyyah, yaitu dilalah lafdziyyah wadh’iyyah. Di mana dilalah lafdziyyah dari segi maknanya juga dibedakan menjadi tiga macam:
                          I.            Muthabaqiyyah,
دِلاَلَةُ الّلَفْظِ عَلَى تَمَامِ مَعْنَاهُ الْمَوْضُوْعُ لَهُ
 yaitu  dilalah lafadz yang menunjukkan  arti dalam keseluruhan atau secara lengkap, seperti saya membeli sapi, saya membeli rumah. Kata rumah tersebut bermakna semua bagian rumah seperti atap, pintu, jendela, dinding, dll.
                       II.            Tadhammuniyyah,
دِلاَلَةُ اللَّفْظِ عَلَى جُزْءِ مَعْنَاهُ الْمَوْضُوْعُ لَهُ
yaitu dilalah lafadz yang menunjukkan kepada sebagian maknanya saja terkadang seluruhnya, seperti saya memukul sapi, saya mengetuk rumah tuan X. Kata sapi tersebut bisa saja kaki sapi saja atau ekornya saja.
                    III.            Iltizamiyyah,
دِلاَلَةُ اللَّفْظِ عَلَى شَيْئٍ خَارِجٍ عَنْ مَعْنَاهُ لاَزِمٌ لَهُ
yaitu dilalah lafadz yang menunjukkan kepada sesuatu yang di luar maknanya yang asli, tetapi merupakan kelazimannya atau keterikatannya bagi sesuatu itu, seperti saya menarik sapi. Yang dimaksud di sini ialah tali yang merupakan kelaziman bagi sapi bila ditarik atau dituntun. Hari minggu saya mencangkul rumput di rumah. Yang dimaksud di sini ialah pekarangan yang merupakan kelaziman bagi rumah
Penjelasan diatas dapat dirangkum dalam bagan di bawah ini
Referensi :
1.      Mukarromah, Oom Drs. Hj.M.Hum. dan Drs. H.A. Chaerudji Abdulchalik. Ilmu Mantiq. Jakarta: Raja Grafindo  Persada. 2013. cet. 1. H. 17-20
2.      Hasan, M. Ali. Ilmu Mantiq Logika. Jakarta: Pedoman Ilmu Raya. 1995. Cet. 2. H. 19-20
3.      Djalil, A. Basiq. Drs.S.H., M.A. Logika (Ilmu Mantiq).  Jakarta: Prenada Media Grup. 2014. Cet. 3. H. 10-13

4.      Sambas, H. Sukriadi. Mantik : Kaidah Berpikir Islami. Bandung: PT  Remaja Rosdakarya. 2012. Cet. 6. H. 42-45Dilala

Tidak ada komentar:

Posting Komentar